Aku mengetik papan kekunci notebook dan pada saat itu aku sedar ada sesuatu sedang memerhatikanku daripada sisi tingkap.
Saat aku menoleh, sepasang mata itu lenyap menghilangkan diri dalam samar-samar selimut malam. Aku biarkan perasaan ingin tahu itu pergi jauh-jauh, malas untuk aku meninggalkan kerusi di hadapan notebook aku ini.
"Lama kita tidak bertemu."
Suara itu menyebabkan aku hampir melompat menyentuh siling rumah. Darah berderau.
Seekor kucing hitam melompat di atas meja.
"Sungguh sakti tuan, bisa melompat setinggi itu," bicara sang kucing hitam itu.
"Kamu, Sang Ilham."
Aku mengenali kucing hitam itu. Tuannya Hasbi mengamanahkan aku untuk menjaganya sepanjang dia berada di England. Pada hari aku berpindah dari rumah di Seri Kembangan ke Taman Melati aku tidak dapat menjumpainya.
Setelah sekian lama, dia muncul kembali.
""
Saat aku menoleh, sepasang mata itu lenyap menghilangkan diri dalam samar-samar selimut malam. Aku biarkan perasaan ingin tahu itu pergi jauh-jauh, malas untuk aku meninggalkan kerusi di hadapan notebook aku ini.
"Lama kita tidak bertemu."
Suara itu menyebabkan aku hampir melompat menyentuh siling rumah. Darah berderau.
Seekor kucing hitam melompat di atas meja.
"Sungguh sakti tuan, bisa melompat setinggi itu," bicara sang kucing hitam itu.
"Kamu, Sang Ilham."
Aku mengenali kucing hitam itu. Tuannya Hasbi mengamanahkan aku untuk menjaganya sepanjang dia berada di England. Pada hari aku berpindah dari rumah di Seri Kembangan ke Taman Melati aku tidak dapat menjumpainya.
Setelah sekian lama, dia muncul kembali.
""
Comments
Post a Comment